Sabtu, 16 Agustus 2014; sekitar pukul 08 pagi, terlihat segerombolan
orang-orang berkaos putih di sebuah Restoran cepat saji di kawasan Jl. Ahmad
Yani, Surabaya. Mereka bercanda satu
dengan yang lain, ramai sekali. Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia, ada
yang sudah tua, ada yang masih 30-an, ada yang sepertinya mahasiswa, sampai
remaja juga anak-anak… lengkap sekali. Siapakah sih mereka ini, yang pada Sabtu
pagi itu terlihat begitu bersemangat? “Kenalkan; Kami ini adalah Homeschoolers
dari Homeschooling Pena Surabaya; yang terdiri dari Siswa/wi dan Staf
Homeschooling Pena Surabaya” sambut salah seorang Staf Guru Homeschooling Pena;
Bu Diva (Instruktur Bahasa Inggris). Kebetulan Kami semua sedang duduk-duduk
menunggu teman-teman yang belum datang. Bus yang akan membawa Kami terlihat
sudah parkir diseberang jalan,warnanya merah dan cukup besar untuk mengangkut Kami
semua. Kaca bus itu mengkilat dibawah cahaya matahari pagi.
Begitu semuanya sudah di absensi, berbondong-bondong Kami
beranjak dan menyeberang jalan. Dengan tertib Kami semua naik bus. Apakah itu
berarti Kami segera berangkat? Ternyata Belum! Sebelumnya, Bpk. Supriadi, S. Pd
(Principal Homeschooling Pena) atau Kepala Sekolah mengajak Kami turun. Untuk
apa lagi kalau bukan untuk ber-selfie ria. Bahasa kerennya, untuk dokumentasi.
Dan… Foto-foto berbagai pose-pun sudah diambil, barulah Kami semua kembali naik
Bus dan berangkat.
Penasaran mau Kemana Kami pergi? Jika di agenda Outing sebelumnya
Kami pergi ke hutan mangrove, kini tujuannya sedikit berbeda. Kali ini, Kami
pergi lebih jauh lagi. Tidak sekedar ke ujung timur Surabaya lagi, kali ini
Kami pergi ke Kampoeng Djawi! Tepatnya Desa Wonosalam, Jombang. Agenda Kami
kali ini adalah HOMESCHOOLING PENA OUTBOND ACTIVITY 2014. “Kegiatan Outbond
Activity 2014 ini dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
ke 69 yang ber Tujuan: a.
Membangun sikap mental; Disiplin, Jujur, Patuh, Tanggung Jawab, Tangguh dan
Mandiri.
b. Pengembangan kepribadian:
Kemampuan bersosialisasi. c. Menjalin kebersamaan. d. Belajar dengan
Alam” Begitu yang disampaikan P. Adie, panggilan akrab Bapak Kepala Sekolah.
Perjalanan 3 jam yang lama tidak berhasil menyurutkan
semangat Kami, Ketika Bus sudah sampai di tujuan, Mata Kami langsung disuguhi
panorama yang exotic dengan suasana pedesaan nan asri kental dengan
karakteristic Budaya Jawa. Beberapa orang langsung ngibrit menaruh barang
duluan. Diantar oleh beberapa Staf dari Kampoeng Djawi, mereka ditunjukkan
Cottage, tempat istirahat mereka nanti.
Suhu disana cukup dingin, berbeda dengan suhu kota
Surabaya. Maklum, posisinya tinggi, di lereng Gunung Anjasmara. Namun suhunya
masih cukup nyaman untuk kegiatan yang akan Kami jalani selama dua hari disana.
Barang sudah ditaruh, semuanya sudah memilih kasurnya
masing-masing, kini saatnya Opening Ceremony di Amphitheater terbuka yang ada;
sebuah lapangan terbuka berbentuk lingkaran. Berbeda dengan biasanya, dimana
Opening Ceremony identik dengan pidato, disini para peserta langsung diajak
bermain game interaktif. Penat dari perjalanan jauh langsung terlupakan,
semuanya kembali fokus dengan game-game yang diberikan. Tidak hanya
Homeschoolers (sebutan Siswa/wi Homeschooling Pena), tapi Guru-Guru juga harus
ikut game-game yang ada.
Senyum mulai mengembang di wajah masing-masing, terbawa
pada keseruan game. Yang biasanya jaim bisa ikut tertawa lebar saat melihat
temannya dihukum. Yang biasanya jarang gerak dipaksa lari-lari.
Saat Opening Ceremony ini pula, para Trainer Outbound
yang akan menemani Kami diperkenalkan satu per satu. Salah satu dari mereka,
Pak Agus; Beliau adalah pemandu game-game nanti.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan Paint Ball War
Game. Dari namanya jelas… ini adalah Game perang-perangan. Beberapa orang sudah
mengantisipasi ini, karena dengar-dengar settingnya di hutan, lho. Bagi yang
khawatir bajunya terkena cat, jangan takut, baju untuk game telah disediakan
kok. Cat tidak akan terkena kaos putih yang dikenakan peserta. Ngomong-ngomong,
ternyata kalau dilihat dari dekat, ada logo Homeschooling Pena di sisi kanan
kaos putih itu.
Kesan pertama yang akan didapatkan sebagian besar
peserta, adalah berat Paint Ball Gun yang digunakan. Tidak seberat karung
beras, tenang saja, tapi jelas lebih berat sedikit dari kelihatannya. Berat itu
akan bertambah ketika tabung CO2 dipasangkan sebelum acara dimulai.
Tiap peserta diberi kesempatan menguji coba PaintBall Gun masing-masing,
menembakkannya ke udara, tapi sambil di foto, hehehe.
Paint Ball War Game kali ini adalah pengalaman pertama
bagi banyak orang, dan sebagian besar dilanda virus kekagokan, saat peluit
tanda mulai ditiup. Ada yang bingung sembunyi dimana, ada yang malah tidak
sembunyi sama sekali, ada yang kepalanya nongol diatas pelindung, macam-macamlah
pokoknya. Maklum, pertama kali mencoba. Dan terdengarlah suara baku tembak
daarr… deerrr… dooorrrr… seru sekali tapi sangat exciting.
Kendati di setiap game ada yang menang dan ada yang
kalah, namun tidak ada peserta yang menaruh dendam pada lawan. Justru semuanya
berakhir dengan tiap orang menertawakan kekagokan masing-masing, membawa
kenangan lucu untuk dibagi ketika sudah pulang. Sayang sekali, karena jaringan
disana yang sangat lemah, pengalaman-pengalaman ini tidak bisa langsung dibagi
ke sosmed masing-masing saat masih fresh
from the oven. Murid-murid sosialita yang biasanya mata dan jarinya lengket
ke gadget, mengecek sosmed tiap 30 detik, selama dua hari harus libur dulu,
ya.....
Begitu Paint Ball War Game selesai, semua peserta dipersilahkan
menikmati suasana di Kampoeng Djawi. Kalau istilah lainnya, waktu luang bebas
merdeka. Ada yang mencoba kolam renang disana, ada yang memanjakan diri
berkaraoke ria, ada juga yang memilih istirahat di kamar. Bagi yang terkena tembakan
cat di badan, yang secara tidak sengaja catnya menyasar ke tempat-tempat yang
tidak ditutupi baju pelapis, mereka segera membasuh cat kental itu.
Nah, bagi yang pengisi waktu luangnya berhubungan dengan
air, dijamin pasti akan dikagetkan. Begitu badan menyentuh air, maka brrrrrr!
Airnya sedingin es! Yang nyemplung di Kolam Renang dipastikan tidak akan bisa
lama-lama, dan yang mau mandi pasti terpaksa berpikir dua kali. Suhunya bahkan
lebih dingin dari suhu udaranya. Jadi yang pasti, ada peserta yang tidak
mandi-mandi. Tenang saja, bau-bau badan tidak akan terlalu tercium, suhu rendah
efektif mencegah bau.
Malamnya, lebih dingin lagi dari siang harinya, diisi
dengan Motivational Training oleh Bapak Principal. Materi apa? Topik kali ini
rupanya tentang "How to be a Super
Student?", sebuah materi motivasi yang bertujuan untuk memberikan
wawasan lebih luas tentang bagaimana cara menjadi siswa/wi yang hebat.. Walau
pun ada beberapa siswa yang matanya sudah sisa 5 watt, terlihat sangat lelah
tapi Pak Adie berhasil menarik kembali perhatian para peserta dengan game-game
interaktif. Ya, game-game sepertinya sudah menjadi tren wajib di outing edisi
ini.
Tidak hanya itu, Peserta diajak tertawa cekikikan
menonton film-film pendek yang diputar Pak Adie. Film-film itu tentunya tetap
relevan dengan materinya sendiri, jadi yang menonton selain sedikit terhibur
juga tetap teredukasi. Bagi yang matanya belum terang-benderang setelah semua
itu, ada juga Atraksi mematahkan pensil dari Siswa/wi Homeschooling Pena.
"Bukan, ini bukan debus", begitu kata Pak Adie, melainkan karena Kita
percaya pada kemampuan Kita mematahkan pensil itu. Hebatnya lagi, mematahkan
pensilnya bukan dengan cara konvensional, tapi hanya dengan menggunakan jari telunjuk!
Unbelievable... sungguh sulit bisa dipercaya. Awalnya Kami tidak yakin bisa
mematahkan pensil-pensil itu. Tapi setelah dimotivasi terus menerus oleh P.
Adie… ternyata betul; Nothing Is Impossible, Kami bisa melakukannya dengan
mudah. Bahkan Kak Gerry (Siswa kelas IX SMP) bisa mematahkan 2 pensil sekaligus.
Sekali tebas hanya dengan jari telunjuk. Luar biasa, bukan?
Namun, highlight acaranya bukan itu, melainkan
setelahnya, saat semua orang mendeklarasikan mimpinya masing-masing. Tiap orang
diberi waktu 5 menit untuk memilih mimpi terbesarnya masing-masing, lalu
semuanya wajib menyatakan mimpi di hadapan semua orang. Ketika satu demi satu
memproklamirkan mimpinya, rasanya seolah-olah setiap orang makin mengenal teman-temannya.
Yang biasanya jarang ketemu satu sama lain karena beda jadwal belajar, yang biasanya
nama dan wajah temannya saja tidak hafal, dengan adanya ini tiba-tiba semuanya
terasa lebih dekat. Ada sesuatu yang surreal ketika mendengar semua orang di
ruangan itu menyatakan tujuannya masing-masing. Seperti membagi rahasia
pribadi, mungkin? Bagi yang benar-benar serius mau mengejar mimpinya, apalagi
yang terobsesi, situasi ini pasti luar biasa mengesankan.
Selesai dengan itu, saatnya melukis telur. Dalam
kesempatan itu, Pak Adie mengingatkan semua orang kalau besok adalah tanggal 17
Agustus. Tanggal yang biasa saja di negara lain, tapi luar biasa maknanya di
Indonesia. Hari kemerdekaan kita yang ke 69 saat kita bebas dari penjajah,
resmi menjadi sebuah negara! Salah satu cara Homeschooling Pena memperingati
itu adalah kegiatan Outbound ini, dan di dalam peringatannya termasuk kegiatan
melukis dengan menggunakan media telur... lumayan unik. Tentu dengan tema
kemerdekaan. Cat air dikeluarkan semua, kuas-kuas dipersiapkan, dengan
hati-hati para peserta melukis telur matang yang dibawa dari rumah masing-masing
peserta sebagai penugasan. Meninggalkan bekas cat dimana-mana. Ada yang
telurnya di cat merah putih, ada yang warna-warni, ada juga yang catnya
dicampur-campur. Adik Kami yang paling kecil; Titah (Siswi kelas I SD) terlihat
sangat bersemangat melukis bendera merah putih di telurnya.
Tak lama setelah itu Telur-telur semuanya dibawa ke api
unggun di Amphitheater.Tumpukan kayu sudah siap di tengah-tengah Amphitheater
disiram minyak tanah, dan tak lama kemudian disulut api berkobar-kobar. Yang
kedinginan jelas kegirangan, panas api unggun berhasil menghangatkan semua
orang didekatnya.
Sebelum api unggun dinyalakan, semua orang-orang
diinstruksikan menulis kebiasaan-kebiasaan buruk yang mau dihilangkan di
selembar kertas, minimal lima kebiasaan buruk. Ini ritual untuk berubah menjadi
pribadi-pribadi yang lebih baik. Kertas-kertas itu lalu dilemparkan ke api
unggun yang membara. Begitu diberi aba-aba, semuanya melempar bersama-sama.
Wuuusshh, ada yang meleset, ada yang terbang ke teman diseberangnya, ada juga
yang tepat sasaran, langsung ke tengah api unggun. Tidak butuh lama sebelum
semuanya terbakar habis dilalap api.
Tak terasa jam sudah mendekati pukul 22.00. Semua peserta
diajak bermain game lagi, mengelilingi api unggun. Diajak berlari-lari lagi,
diajak bernyanyi dan bersenang-senang lagi, lalu diakhiri dengan makan jagung
bakar. Hmm, enak! Tentunya tidak dibakar langsung di api unggunnya, terlalu
berbahaya, melainkan ada tempat bakarnya sendiri terpisah... Corn Barbeque
Party he.. he.. Baunya tidak usah ditanya lagi, yummy menggoda selera. Ada
beberapa orang yang tadinya mau langsung tidur akhirnya takluk pada godaan
makan, ikut menyerbu jagung-jagung yang ada. Tidak ada yang ingat kalau makan
sebelum tidur bisa mengundang asam lambung untuk naik, hehehehe.....
Paginya, setelah semuanya sudah beristirahat tentunya,
jam 06.30 pagi dimulai senam; dipimpin langsung oleh P. Adie… Ternyata Bapak
Principal ini Multi Talent, Instruktur senam juga. He.. he.. Mirip-mirip dengan
demokrasi, senamnya ini benar-benar dari, untuk, dan oleh peserta.
Instrukturnya berasal dari peserta-peserta yang mau volunteer maju ke depan, namanya Senam Kreatif. Kalau tidak ada
yang mau, maka orang-orang yang (tidak) beruntung akan dijadikan instruktur
dadakan. Sontak, kepanikan korban-korban ini mengundang tawa orang lain. Pagi
hari itu segera ramai dengan musik senam pagi dan canda tawa.Senam pagi ini
tidak hanya sekedar untuk olahraga lho, tapi juga untuk menghangatkan tubuh, jadi
patut untuk diikuti. Apalagi yang baru mandi, jangan ditanya bagaimana
dinginnya badan setelah diguyur air es. Fakta bahwa airnya menusuk tulang
karena terkena dingin malam tidak banyak membantu. Kami juga berGoyang Morena
bersama lho… sangat menyenangkan.
Kegiatan selanjutnya juga menghangatkan tubuh, tapi
dengan cara yang berbeda. Kalau di senam pagi tadi panas karena banyak
bergerak, kali ini penyebab adalah panas matahari. Semua peserta diajak memanen
jagung di kebun. Letaknya tidak terlalu jauh, persisnya sebelah areanya
Kampoeng Djawi. Peserta diantar oleh Trainer-Trainer ke kebun jagung itu,
sambil diinstruksikan cara memanen jagung. Rupanya cara memanen jagung tidak
terlalu sulit, cukup dikelupas kuli pembungkus jagung, begitu jagungnya
kelihatan langsung dipetik atau diambil jagungnya. Saat dicontohkan, menarik
jagungnya terlihat mudah, namun percobaan langsung berkata lain. Ternyata
jagungnya harus dipelintir-pelintir dulu supaya mudah lepas.
Disini muncul fenomena aneh. Matahari yang lumayan terik
dengan cepat membuat badan gerah, tapi anehnya suhu tetap dingin. Seolah panas
matahari dan dinginnya udara disana mempunyai frekuensi yang berbeda, sehingga
panas dan dingin dirasakan bersama-sama. Beruntunglah yang mengenakan caping,
tidak masuk langsung ke daerah sasaran tembak matahari.
Begitu sebagian besar jagung sudah dipanen, jagung-jagung
itu tidak dibiarkan begitu saja, tapi segera dikumpulkan dan dipipil. Dipipil
itu dirontokkan biji-biji jagungnya. Sekali lagi para Trainer memberikan
instruksi. Saat melihat contoh, kelihatan mudah saja, menggunakan ibu jari
untuk mendorong butir-butir jagung sampai lepas. Ehhhh, begitu dicoba, beda
lagi ceritanya. Sama seperti saat memanen jagung tadi, kelihatannya mudah,
ternyata sulit juga. Tak lama ibu jari segera memerah, disertai erangan
frustasi dari beberapa orang. Ada beberapa jagung yang sulit sekali dikupas,
harus dicabutin butirannya satu-satu dengan kuku. Anehnya, biarpun pesertanya
mengeluh semua, tapi ketika diajak berhenti, tidak ada yang mau. Wah, kok aneh
ya? Rupanya semua Peserta sangat menikmati pengalaman ini. Maklum, beberapa
Peserta dari kalangan China. Tentu ini pengalaman yg unik bagi Mereka.
Dan acara tetap berlanjut, kali ini menuju kegiatan
Outbound yang sebenarnya, penuh tantangan fisik menantang adrenalin. High Bridge
adalah suguhan lintasan pertama, sebagian besar tantangan ada berhubungan
dengan tali di ketinggian. Di arena pertama ini, peserta ditantang berjalan
diatas balok-balok kayu mirip jembatan bergoyang di ketinggian dua
lantai.Lumayan horror juga kalau muka harus mencium tanah nanti. Tapi tenang
saja, ada tali pengaman dibadan, sehingga yang benar-benar jatuh akan tetap
aman. Kalau yang terburuk terjadi, masih ada helm pengaman. Trainer disana juga
sudah terlatih tentang safety sebelum boleh memandu Outbound, jadi tidak usah
khawatir!
Setelah itu langsung menuju lintasan berikutya; High Rope; berjalan hanya diatas sebuah tali di
ketinggian 5 Meter. Yang ini sangat menantang dan lumayan bikin jantung
deg-degan… Bahkan copot. He.. he... Terlihat Kak Jefferson (Siswa kelas VIII
SMP) sempat jatuh, tapi bangkit lagi dan berhasil. Sayang sekali Adik kecil
Kami; Pandya (Siswa kelas IV SD) belum berani dengan tantangan ini. Tapi Pandya
termasuk paling berani. Good Job Pandya…
Tantangan terakhir inilah yang tidak ada tali
pengamannya, turun dari ketinggian dua lantai tadi dengan berpegangan pada
jaring tali. Namanya Spider Web Tapi bentuk dan pola talinya sendiri sepertinya
sudah didesain secara khusus, sehingga kalau pegangan terlepas masih aman.
Malah, setelah Outbound itu, ada juga beberapa orang yang menggunakannya
menjadi hammock dadakan.
Seperti biasa, semua orang wajib ikut, jadi para peserta
diuji nyalinya dengan tantangan-tantangan yang ada, terutama High Rope itu.
Acara uji keberanian belum selesai, selanjutnya para
peserta dipersilahkan mencoba Flying Fox, dengan ketinggian lumayan pula!
Awalnya, jelas ada yang takut. Bagaimana kalau talinya putus? Bagaimana kalau something went wrong? Bagaimana,
bagaimana, bagaimana, itulah yang mengganggu pikiran mereka. Tapi ketika sudah
dilewati, ternyata Flying Fox itu asyik kok! Buktinya, Kak Aulia (Siswa kelas
XI SMA) yang tadinya kakinya gemetaran ketakutan dan terpaksa harus ditandem;
Meluncur berdua, justru malah minta tambah lagi setelah itu.
Walaupun permintaan mencoba lagi yang muncul dari para
peserta, tapi acara berlanjut....ke kolam renang. Entah mengapa, hari itu jauh
lebih hangat dari hari sebelumnya, sehingga airnya tidak seperti air di samudra
antartika. Selain itu, airnya juga hanya setengah lutut.
Hmmm, apakah semuanya digiring ke kolam renang untuk
berenang? Salah besar. Kali ini, tujuannya adalah bermain Game Tangkap Ikan.
Dua ikan dilepas di kolam, lalu para peserta yang telah dibagi menjadi beberapa
Team dipersilahkan menangkap ikan. Waktunya hanya 20 detik, jadi yang jelas
pesertanya pasti buru-buru. Tapi jangan khawatir, ikannya cuma ditangkap saja
kok, tidak diremas atau dipencet-pencet. Tentunya lomba ini sebisa mungkin
mematuhi hak-hak ikan dan peri-keikanan, hehehe....
Begitu diberi aba-aba, kejadian lucu dimulai. Demi
mengejar ikan yang luar biasa gesit, para peserta melakukan apa saja untuk
menangkap mereka. Menerkam ikan-ikan yang ada, lari sampai jatuh,
guling-gulingan di air, sampai bekerjasama menyudutkan ikan. Pemandangan unik
ini sekilas mirip dengan Tom & Jerry, ikan-ikan itu layaknya Jerry yang
kabur dari Tom si kucing. Maka jangan heran yang menonton pasti mesem-mesem
geli, dalam 20 detik itu, orang bisa jatuh berkali-kali, gedebak-gedebuk. Kalau
ikannya berhasil kabur, rasanya gemes sekali, dan sebal juga. Dan kalau
berhasil, wah, rasanya girang sekali. "Kena kamu", begitu kira-kira
pikiran tiap peserta saat berhasil menangkap ikan.
Ketika semua Team sudah mencoba, ikannya diperbanyak.
Peraturan sama, dengan sedikit perubahan batas waktu. Namun, yang paling
menarik adalah saat terakhir. Ikan dilepas semua, lalu semua peserta diajak
turun ke kolam. Tujuannya sih untuk battle
royale menangkap ikan. Dengan kata lain, menangkap ikan sepuas-puasnya. Tak
disangka, begitu sudah masuk kolam, muncul instruksi tambahan dari Pak Adie
“Kita tidak akan pulang sebelum semuanya basah!” kira-kira begitu perintahnya.
Dan tanpa perlu aba-aba lagi, Water Fight dimulai. Tiap orang berusaha menyiram
sebanyak-banyaknya, tidak peduli siapa persisnya yang diserang.
Byurrr, byurrr....semuanya basah kuyup. Dan tentunya,
kalau sudah basah, menangkap ikannya bisa lebih sepenuh hati. Yang tadinya
masih ada yang takut basah, kini setelah baju sudah tidak kering lagi tidak
sungkan-sungkan lagi mengejar ikan. Apapun caranya, ikannya harus tertangkap!
Sungguh kebersamaan yang begitu menyenangkan.
Kembali ke Cottage dengan keadaan layaknya kucing disiram
air, semua Peserta segera mandi-mandi dan packing. Ya, saatnya pulang telah
datang. Bagi yang menjalani, rasanya seperti sudah satu minggu mereka disana.
Bukan karena bosan, tapi terlalu menikmati suasana. Benar memang, jika bosan
waktu terasa lebih lama, dan jika bahagia waktu berlalu begitu cepat. Namun,
kali ini para peserta menemukan fakta baru, bahwa terlalu menikmati bisa
menyebabkan waktu terasa melambaaaattttt....
Pulang ke Surabaya, banyak manfaat yang didapat oleh para
peserta. Mereka makin mengenal satu sama lain, yang awalnya hanya wajah-wajah tanpa
nama, kini menjelma menjadi teman-teman baru. Selain itu, yang awalnya takut
menghadapi tantangan seperti flying fox dan meniti tali tadi, kini lebih
berani. Tapi yang jelas, semua orang pulang dengan gembira dan menjadi
pribadi-pribadi yang lebih baik dan hebat, menjalani 2 hari outbound dengan
senyum dan tawa."Homeschooling Pena is Better".
Saya; Felicia Santoso
(Siswi kelas X SMA Homeschooling Pena)
No comments:
Post a Comment