Tuesday, 12 August 2014

OUTBOND ACTIVITIES 2014




Sabtu, 16 Agustus 2014; sekitar pukul 08 pagi, terlihat segerombolan orang-orang berkaos putih di sebuah Restoran cepat saji di kawasan Jl. Ahmad Yani, Surabaya.  Mereka bercanda satu dengan yang lain, ramai sekali. Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia, ada yang sudah tua, ada yang masih 30-an, ada yang sepertinya mahasiswa, sampai remaja juga anak-anak… lengkap sekali. Siapakah sih mereka ini, yang pada Sabtu pagi itu terlihat begitu bersemangat? “Kenalkan; Kami ini adalah Homeschoolers dari Homeschooling Pena Surabaya; yang terdiri dari Siswa/wi dan Staf Homeschooling Pena Surabaya” sambut salah seorang Staf Guru Homeschooling Pena; Bu Diva (Instruktur Bahasa Inggris). Kebetulan Kami semua sedang duduk-duduk menunggu teman-teman yang belum datang. Bus yang akan membawa Kami terlihat sudah parkir diseberang jalan,warnanya merah dan cukup besar untuk mengangkut Kami semua. Kaca bus itu mengkilat dibawah cahaya matahari pagi.
Begitu semuanya sudah di absensi, berbondong-bondong Kami beranjak dan menyeberang jalan. Dengan tertib Kami semua naik bus. Apakah itu berarti Kami segera berangkat? Ternyata Belum! Sebelumnya, Bpk. Supriadi, S. Pd (Principal Homeschooling Pena) atau Kepala Sekolah mengajak Kami turun. Untuk apa lagi kalau bukan untuk ber-selfie ria. Bahasa kerennya, untuk dokumentasi.
Dan… Foto-foto berbagai pose-pun  sudah diambil, barulah Kami semua kembali naik Bus dan berangkat.
Penasaran mau Kemana Kami pergi? Jika di agenda Outing sebelumnya Kami pergi ke hutan mangrove, kini tujuannya sedikit berbeda. Kali ini, Kami pergi lebih jauh lagi. Tidak sekedar ke ujung timur Surabaya lagi, kali ini Kami pergi ke Kampoeng Djawi! Tepatnya Desa Wonosalam, Jombang. Agenda Kami kali ini adalah HOMESCHOOLING PENA OUTBOND ACTIVITY 2014. “Kegiatan Outbond Activity 2014 ini dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 69 yang ber Tujuan: a. Membangun sikap mental; Disiplin, Jujur, Patuh, Tanggung Jawab, Tangguh dan Mandiri.
b. Pengembangan kepribadian:  Kemampuan bersosialisasi. c. Menjalin kebersamaan. d. Belajar dengan Alam” Begitu yang disampaikan P. Adie, panggilan akrab Bapak Kepala Sekolah.
 
Perjalanan 3 jam yang lama tidak berhasil menyurutkan semangat Kami, Ketika Bus sudah sampai di tujuan, Mata Kami langsung disuguhi panorama yang exotic dengan suasana pedesaan nan asri kental dengan karakteristic Budaya Jawa. Beberapa orang langsung ngibrit menaruh barang duluan. Diantar oleh beberapa Staf dari Kampoeng Djawi, mereka ditunjukkan Cottage, tempat istirahat mereka nanti.
Suhu disana cukup dingin, berbeda dengan suhu kota Surabaya. Maklum, posisinya tinggi, di lereng Gunung Anjasmara. Namun suhunya masih cukup nyaman untuk kegiatan yang akan Kami jalani selama dua hari disana.

Barang sudah ditaruh, semuanya sudah memilih kasurnya masing-masing, kini saatnya Opening Ceremony di Amphitheater terbuka yang ada; sebuah lapangan terbuka berbentuk lingkaran. Berbeda dengan biasanya, dimana Opening Ceremony identik dengan pidato, disini para peserta langsung diajak bermain game interaktif. Penat dari perjalanan jauh langsung terlupakan, semuanya kembali fokus dengan game-game yang diberikan. Tidak hanya Homeschoolers (sebutan Siswa/wi Homeschooling Pena), tapi Guru-Guru juga harus ikut game-game yang ada.

Senyum mulai mengembang di wajah masing-masing, terbawa pada keseruan game. Yang biasanya jaim bisa ikut tertawa lebar saat melihat temannya dihukum. Yang biasanya jarang gerak dipaksa lari-lari.
Saat Opening Ceremony ini pula, para Trainer Outbound yang akan menemani Kami diperkenalkan satu per satu. Salah satu dari mereka, Pak Agus; Beliau adalah pemandu game-game nanti.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan Paint Ball War Game. Dari namanya jelas… ini adalah Game perang-perangan. Beberapa orang sudah mengantisipasi ini, karena dengar-dengar settingnya di hutan, lho. Bagi yang khawatir bajunya terkena cat, jangan takut, baju untuk game telah disediakan kok. Cat tidak akan terkena kaos putih yang dikenakan peserta. Ngomong-ngomong, ternyata kalau dilihat dari dekat, ada logo Homeschooling Pena di sisi kanan kaos putih itu.

Kesan pertama yang akan didapatkan sebagian besar peserta, adalah berat Paint Ball Gun yang digunakan. Tidak seberat karung beras, tenang saja, tapi jelas lebih berat sedikit dari kelihatannya. Berat itu akan bertambah ketika tabung CO2 dipasangkan sebelum acara dimulai. Tiap peserta diberi kesempatan menguji coba PaintBall Gun masing-masing, menembakkannya ke udara, tapi sambil di foto, hehehe.
Paint Ball War Game kali ini adalah pengalaman pertama bagi banyak orang, dan sebagian besar dilanda virus kekagokan, saat peluit tanda mulai ditiup. Ada yang bingung sembunyi dimana, ada yang malah tidak sembunyi sama sekali, ada yang kepalanya nongol diatas pelindung, macam-macamlah pokoknya. Maklum, pertama kali mencoba. Dan terdengarlah suara baku tembak daarr… deerrr… dooorrrr… seru sekali tapi sangat exciting.
Kendati di setiap game ada yang menang dan ada yang kalah, namun tidak ada peserta yang menaruh dendam pada lawan. Justru semuanya berakhir dengan tiap orang menertawakan kekagokan masing-masing, membawa kenangan lucu untuk dibagi ketika sudah pulang. Sayang sekali, karena jaringan disana yang sangat lemah, pengalaman-pengalaman ini tidak bisa langsung dibagi ke sosmed masing-masing saat masih fresh from the oven. Murid-murid sosialita yang biasanya mata dan jarinya lengket ke gadget, mengecek sosmed tiap 30 detik, selama dua hari harus libur dulu, ya.....
Begitu Paint Ball War Game selesai, semua peserta dipersilahkan menikmati suasana di Kampoeng Djawi. Kalau istilah lainnya, waktu luang bebas merdeka. Ada yang mencoba kolam renang disana, ada yang memanjakan diri berkaraoke ria, ada juga yang memilih istirahat di kamar. Bagi yang terkena tembakan cat di badan, yang secara tidak sengaja catnya menyasar ke tempat-tempat yang tidak ditutupi baju pelapis, mereka segera membasuh cat kental itu.
Nah, bagi yang pengisi waktu luangnya berhubungan dengan air, dijamin pasti akan dikagetkan. Begitu badan menyentuh air, maka brrrrrr! Airnya sedingin es! Yang nyemplung di Kolam Renang dipastikan tidak akan bisa lama-lama, dan yang mau mandi pasti terpaksa berpikir dua kali. Suhunya bahkan lebih dingin dari suhu udaranya. Jadi yang pasti, ada peserta yang tidak mandi-mandi. Tenang saja, bau-bau badan tidak akan terlalu tercium, suhu rendah efektif mencegah bau.
Malamnya, lebih dingin lagi dari siang harinya, diisi dengan Motivational Training oleh Bapak Principal. Materi apa? Topik kali ini rupanya tentang "How to be a Super Student?", sebuah materi motivasi yang bertujuan untuk memberikan wawasan lebih luas tentang bagaimana cara menjadi siswa/wi yang hebat.. Walau pun ada beberapa siswa yang matanya sudah sisa 5 watt, terlihat sangat lelah tapi Pak Adie berhasil menarik kembali perhatian para peserta dengan game-game interaktif. Ya, game-game sepertinya sudah menjadi tren wajib di outing edisi ini.
Tidak hanya itu, Peserta diajak tertawa cekikikan menonton film-film pendek yang diputar Pak Adie. Film-film itu tentunya tetap relevan dengan materinya sendiri, jadi yang menonton selain sedikit terhibur juga tetap teredukasi. Bagi yang matanya belum terang-benderang setelah semua itu, ada juga Atraksi mematahkan pensil dari Siswa/wi Homeschooling Pena. "Bukan, ini bukan debus", begitu kata Pak Adie, melainkan karena Kita percaya pada kemampuan Kita mematahkan pensil itu. Hebatnya lagi, mematahkan pensilnya bukan dengan cara konvensional, tapi hanya dengan menggunakan jari telunjuk! Unbelievable... sungguh sulit bisa dipercaya. Awalnya Kami tidak yakin bisa mematahkan pensil-pensil itu. Tapi setelah dimotivasi terus menerus oleh P. Adie… ternyata betul; Nothing Is Impossible, Kami bisa melakukannya dengan mudah. Bahkan Kak Gerry (Siswa kelas IX SMP) bisa mematahkan 2 pensil sekaligus. Sekali tebas hanya dengan jari telunjuk. Luar biasa, bukan?

Namun, highlight acaranya bukan itu, melainkan setelahnya, saat semua orang mendeklarasikan mimpinya masing-masing. Tiap orang diberi waktu 5 menit untuk memilih mimpi terbesarnya masing-masing, lalu semuanya wajib menyatakan mimpi di hadapan semua orang. Ketika satu demi satu memproklamirkan mimpinya, rasanya seolah-olah setiap orang makin mengenal teman-temannya. Yang biasanya jarang ketemu satu sama lain karena beda jadwal belajar, yang biasanya nama dan wajah temannya saja tidak hafal, dengan adanya ini tiba-tiba semuanya terasa lebih dekat. Ada sesuatu yang surreal ketika mendengar semua orang di ruangan itu menyatakan tujuannya masing-masing. Seperti membagi rahasia pribadi, mungkin? Bagi yang benar-benar serius mau mengejar mimpinya, apalagi yang terobsesi, situasi ini pasti luar biasa mengesankan.
Selesai dengan itu, saatnya melukis telur. Dalam kesempatan itu, Pak Adie mengingatkan semua orang kalau besok adalah tanggal 17 Agustus. Tanggal yang biasa saja di negara lain, tapi luar biasa maknanya di Indonesia. Hari kemerdekaan kita yang ke 69 saat kita bebas dari penjajah, resmi menjadi sebuah negara! Salah satu cara Homeschooling Pena memperingati itu adalah kegiatan Outbound ini, dan di dalam peringatannya termasuk kegiatan melukis dengan menggunakan media telur... lumayan unik. Tentu dengan tema kemerdekaan. Cat air dikeluarkan semua, kuas-kuas dipersiapkan, dengan hati-hati para peserta melukis telur matang yang dibawa dari rumah masing-masing peserta sebagai penugasan. Meninggalkan bekas cat dimana-mana. Ada yang telurnya di cat merah putih, ada yang warna-warni, ada juga yang catnya dicampur-campur. Adik Kami yang paling kecil; Titah (Siswi kelas I SD) terlihat sangat bersemangat melukis bendera merah putih di telurnya. 

Tak lama setelah itu Telur-telur semuanya dibawa ke api unggun di Amphitheater.Tumpukan kayu sudah siap di tengah-tengah Amphitheater disiram minyak tanah, dan tak lama kemudian disulut api berkobar-kobar. Yang kedinginan jelas kegirangan, panas api unggun berhasil menghangatkan semua orang didekatnya.
Sebelum api unggun dinyalakan, semua orang-orang diinstruksikan menulis kebiasaan-kebiasaan buruk yang mau dihilangkan di selembar kertas, minimal lima kebiasaan buruk. Ini ritual untuk berubah menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik. Kertas-kertas itu lalu dilemparkan ke api unggun yang membara. Begitu diberi aba-aba, semuanya melempar bersama-sama. Wuuusshh, ada yang meleset, ada yang terbang ke teman diseberangnya, ada juga yang tepat sasaran, langsung ke tengah api unggun. Tidak butuh lama sebelum semuanya terbakar habis dilalap api.
Tak terasa jam sudah mendekati pukul 22.00. Semua peserta diajak bermain game lagi, mengelilingi api unggun. Diajak berlari-lari lagi, diajak bernyanyi dan bersenang-senang lagi, lalu diakhiri dengan makan jagung bakar. Hmm, enak! Tentunya tidak dibakar langsung di api unggunnya, terlalu berbahaya, melainkan ada tempat bakarnya sendiri terpisah... Corn Barbeque Party he.. he.. Baunya tidak usah ditanya lagi, yummy menggoda selera. Ada beberapa orang yang tadinya mau langsung tidur akhirnya takluk pada godaan makan, ikut menyerbu jagung-jagung yang ada. Tidak ada yang ingat kalau makan sebelum tidur bisa mengundang asam lambung untuk naik, hehehehe.....

Paginya, setelah semuanya sudah beristirahat tentunya, jam 06.30 pagi dimulai senam; dipimpin langsung oleh P. Adie… Ternyata Bapak Principal ini Multi Talent, Instruktur senam juga. He.. he.. Mirip-mirip dengan demokrasi, senamnya ini benar-benar dari, untuk, dan oleh peserta. Instrukturnya berasal dari peserta-peserta yang mau volunteer maju ke depan, namanya Senam Kreatif. Kalau tidak ada yang mau, maka orang-orang yang (tidak) beruntung akan dijadikan instruktur dadakan. Sontak, kepanikan korban-korban ini mengundang tawa orang lain. Pagi hari itu segera ramai dengan musik senam pagi dan canda tawa.Senam pagi ini tidak hanya sekedar untuk olahraga lho, tapi juga untuk menghangatkan tubuh, jadi patut untuk diikuti. Apalagi yang baru mandi, jangan ditanya bagaimana dinginnya badan setelah diguyur air es. Fakta bahwa airnya menusuk tulang karena terkena dingin malam tidak banyak membantu. Kami juga berGoyang Morena bersama lho… sangat menyenangkan.

Kegiatan selanjutnya juga menghangatkan tubuh, tapi dengan cara yang berbeda. Kalau di senam pagi tadi panas karena banyak bergerak, kali ini penyebab adalah panas matahari. Semua peserta diajak memanen jagung di kebun. Letaknya tidak terlalu jauh, persisnya sebelah areanya Kampoeng Djawi. Peserta diantar oleh Trainer-Trainer ke kebun jagung itu, sambil diinstruksikan cara memanen jagung. Rupanya cara memanen jagung tidak terlalu sulit, cukup dikelupas kuli pembungkus jagung, begitu jagungnya kelihatan langsung dipetik atau diambil jagungnya. Saat dicontohkan, menarik jagungnya terlihat mudah, namun percobaan langsung berkata lain. Ternyata jagungnya harus dipelintir-pelintir dulu supaya mudah lepas.
Disini muncul fenomena aneh. Matahari yang lumayan terik dengan cepat membuat badan gerah, tapi anehnya suhu tetap dingin. Seolah panas matahari dan dinginnya udara disana mempunyai frekuensi yang berbeda, sehingga panas dan dingin dirasakan bersama-sama. Beruntunglah yang mengenakan caping, tidak masuk langsung ke daerah sasaran tembak matahari.
Begitu sebagian besar jagung sudah dipanen, jagung-jagung itu tidak dibiarkan begitu saja, tapi segera dikumpulkan dan dipipil. Dipipil itu dirontokkan biji-biji jagungnya. Sekali lagi para Trainer memberikan instruksi. Saat melihat contoh, kelihatan mudah saja, menggunakan ibu jari untuk mendorong butir-butir jagung sampai lepas. Ehhhh, begitu dicoba, beda lagi ceritanya. Sama seperti saat memanen jagung tadi, kelihatannya mudah, ternyata sulit juga. Tak lama ibu jari segera memerah, disertai erangan frustasi dari beberapa orang. Ada beberapa jagung yang sulit sekali dikupas, harus dicabutin butirannya satu-satu dengan kuku. Anehnya, biarpun pesertanya mengeluh semua, tapi ketika diajak berhenti, tidak ada yang mau. Wah, kok aneh ya? Rupanya semua Peserta sangat menikmati pengalaman ini. Maklum, beberapa Peserta dari kalangan China. Tentu ini pengalaman yg unik bagi Mereka.

Dan acara tetap berlanjut, kali ini menuju kegiatan Outbound yang sebenarnya, penuh tantangan fisik menantang adrenalin. High Bridge adalah suguhan lintasan pertama, sebagian besar tantangan ada berhubungan dengan tali di ketinggian. Di arena pertama ini, peserta ditantang berjalan diatas balok-balok kayu mirip jembatan bergoyang di ketinggian dua lantai.Lumayan horror juga kalau muka harus mencium tanah nanti. Tapi tenang saja, ada tali pengaman dibadan, sehingga yang benar-benar jatuh akan tetap aman. Kalau yang terburuk terjadi, masih ada helm pengaman. Trainer disana juga sudah terlatih tentang safety sebelum boleh memandu Outbound, jadi tidak usah khawatir!
Setelah itu langsung menuju lintasan berikutya;  High Rope; berjalan hanya diatas sebuah tali di ketinggian 5 Meter. Yang ini sangat menantang dan lumayan bikin jantung deg-degan… Bahkan copot. He.. he... Terlihat Kak Jefferson (Siswa kelas VIII SMP) sempat jatuh, tapi bangkit lagi dan berhasil. Sayang sekali Adik kecil Kami; Pandya (Siswa kelas IV SD) belum berani dengan tantangan ini. Tapi Pandya termasuk paling berani. Good Job Pandya…
Tantangan terakhir inilah yang tidak ada tali pengamannya, turun dari ketinggian dua lantai tadi dengan berpegangan pada jaring tali. Namanya Spider Web Tapi bentuk dan pola talinya sendiri sepertinya sudah didesain secara khusus, sehingga kalau pegangan terlepas masih aman. Malah, setelah Outbound itu, ada juga beberapa orang yang menggunakannya menjadi hammock dadakan.
Seperti biasa, semua orang wajib ikut, jadi para peserta diuji nyalinya dengan tantangan-tantangan yang ada, terutama High Rope  itu.

Acara uji keberanian belum selesai, selanjutnya para peserta dipersilahkan mencoba Flying Fox, dengan ketinggian lumayan pula! Awalnya, jelas ada yang takut. Bagaimana kalau talinya putus? Bagaimana kalau something went wrong? Bagaimana, bagaimana, bagaimana, itulah yang mengganggu pikiran mereka. Tapi ketika sudah dilewati, ternyata Flying Fox itu asyik kok! Buktinya, Kak Aulia (Siswa kelas XI SMA) yang tadinya kakinya gemetaran ketakutan dan terpaksa harus ditandem; Meluncur berdua, justru malah minta tambah lagi setelah itu.
Walaupun permintaan mencoba lagi yang muncul dari para peserta, tapi acara berlanjut....ke kolam renang. Entah mengapa, hari itu jauh lebih hangat dari hari sebelumnya, sehingga airnya tidak seperti air di samudra antartika. Selain itu, airnya juga hanya setengah lutut.
Hmmm, apakah semuanya digiring ke kolam renang untuk berenang? Salah besar. Kali ini, tujuannya adalah bermain Game Tangkap Ikan. Dua ikan dilepas di kolam, lalu para peserta yang telah dibagi menjadi beberapa Team dipersilahkan menangkap ikan. Waktunya hanya 20 detik, jadi yang jelas pesertanya pasti buru-buru. Tapi jangan khawatir, ikannya cuma ditangkap saja kok, tidak diremas atau dipencet-pencet. Tentunya lomba ini sebisa mungkin mematuhi hak-hak ikan dan peri-keikanan, hehehe....
Begitu diberi aba-aba, kejadian lucu dimulai. Demi mengejar ikan yang luar biasa gesit, para peserta melakukan apa saja untuk menangkap mereka. Menerkam ikan-ikan yang ada, lari sampai jatuh, guling-gulingan di air, sampai bekerjasama menyudutkan ikan. Pemandangan unik ini sekilas mirip dengan Tom & Jerry, ikan-ikan itu layaknya Jerry yang kabur dari Tom si kucing. Maka jangan heran yang menonton pasti mesem-mesem geli, dalam 20 detik itu, orang bisa jatuh berkali-kali, gedebak-gedebuk. Kalau ikannya berhasil kabur, rasanya gemes sekali, dan sebal juga. Dan kalau berhasil, wah, rasanya girang sekali. "Kena kamu", begitu kira-kira pikiran tiap peserta saat berhasil menangkap ikan.
Ketika semua Team sudah mencoba, ikannya diperbanyak. Peraturan sama, dengan sedikit perubahan batas waktu. Namun, yang paling menarik adalah saat terakhir. Ikan dilepas semua, lalu semua peserta diajak turun ke kolam. Tujuannya sih untuk battle royale menangkap ikan. Dengan kata lain, menangkap ikan sepuas-puasnya. Tak disangka, begitu sudah masuk kolam, muncul instruksi tambahan dari Pak Adie “Kita tidak akan pulang sebelum semuanya basah!” kira-kira begitu perintahnya. Dan tanpa perlu aba-aba lagi, Water Fight dimulai. Tiap orang berusaha menyiram sebanyak-banyaknya, tidak peduli siapa persisnya yang diserang.

Byurrr, byurrr....semuanya basah kuyup. Dan tentunya, kalau sudah basah, menangkap ikannya bisa lebih sepenuh hati. Yang tadinya masih ada yang takut basah, kini setelah baju sudah tidak kering lagi tidak sungkan-sungkan lagi mengejar ikan. Apapun caranya, ikannya harus tertangkap! Sungguh kebersamaan yang begitu menyenangkan.
Kembali ke Cottage dengan keadaan layaknya kucing disiram air, semua Peserta segera mandi-mandi dan packing. Ya, saatnya pulang telah datang. Bagi yang menjalani, rasanya seperti sudah satu minggu mereka disana. Bukan karena bosan, tapi terlalu menikmati suasana. Benar memang, jika bosan waktu terasa lebih lama, dan jika bahagia waktu berlalu begitu cepat. Namun, kali ini para peserta menemukan fakta baru, bahwa terlalu menikmati bisa menyebabkan waktu terasa melambaaaattttt....
Pulang ke Surabaya, banyak manfaat yang didapat oleh para peserta. Mereka makin mengenal satu sama lain, yang awalnya hanya wajah-wajah tanpa nama, kini menjelma menjadi teman-teman baru. Selain itu, yang awalnya takut menghadapi tantangan seperti flying fox dan meniti tali tadi, kini lebih berani. Tapi yang jelas, semua orang pulang dengan gembira dan menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik dan hebat, menjalani 2 hari outbound dengan senyum dan tawa."Homeschooling Pena is Better".

Saya; Felicia Santoso (Siswi kelas X SMA Homeschooling Pena)